Happy reading ^^
“This is a good sign, having a broken heart. It means we have tried for something.”
― Elizabeth Gilbert, Eat, Pray, Love
Ellen’s POV
“Kau mau jadi pacarku?” tanya Alex dengan hati-hati.
Sontak aku kaget mendengar ucapannya dan tentu berhasil membuatku tersedak saat aku sedang menyeruput es teh manisku.
“Eh… Kau tidak apa-apa? Maaf membuatmu kaget, aku tidak bermaksud…”
“Tidak, tidak apa-apa,” selaku. “Apa ini tidak terlalu cepat?”
“Aku tahu, tapi kita sudah terlalu sering bersama. Rasa sayangku semakin besar padamu dan aku tak mau menahannya dan aku minta maaf soal kejadian semalam. Aku tidak menyangka kau akan menyebut nama Marc di depanku.”
Aku berpikir dua kali. Mungkin jika aku berpacaran dengan Alex, perasaanku semakin mengikat pada Alex, pikirku.
“Baiklah, aku mau jadi pacarmu,” jawabku sambil tersenyum lebar pada Alex.
Alex langsung menarikku berdiri dan memelukku erat. Kemudian ia memegang pipiku dengan kedua telapak tangannya. “Terima kasih,” katanya lembut sambil menatapku lalu ia mencium keningku.
Ya, aku semakin nyaman bersama Alex.
Marc’s POV
Aku memutuskan untuk berenang pagi ini. Aku segera siap-siap membawa barang-barang yang aku butuhkan setelah berenang nanti.
“Lex?” panggilku. “Alex?” Masih tidak ada jawaban. Tumben sekali dia sudah bangun pagi begini.
Aku menaiki lift lalu menuju ke kolam renang. Aku tak sengaja melihat Alex dan Ellen. Tak sengaja kudengar perkataan Ellen.
“Baiklah, aku mau jadi pacarmu,” jawab Ellen sambil tersenyum lebar pada Alex.
Aku mengurungkan niatku untuk berenang. Rasanya hatiku tercabik-cabik mendengar jawaban Ellen yang begitu yakin. Timbullah penyesalan yang teramat dalam itu lagi di pikiranku. Andai waktu bisa kuputar…
Niatku ingin merenung sendiri di taman kuurungkan kembali karena ada Maverick yang duduk di sana. Tetapi aku memutuskan untuk menyapa Maverick.
“Hei, Mack!” seruku sambil menepuk pundaknya.
Maverick menatap tas yang kubawa. “Mau kemana?”
“Oh, tadi mau berenang…” aku terdiam sebentar, “… tapi tidak jadi.”
“Mengapa? Hei, coba liat mereka!” tiba-tiba Maverick mengarahkan pandangannya ke arah lobby hotel yang mempunyai jendela transparan itu. “Sudah pacaran sepertinya, iya bukan?”
“Aku tidak tahu, jangan tanya padaku,” jawabku dengan nada kesal.
“Kau ‘kan kakaknya, masa…”
Aku langsung berdiri lalu meninggalkan Maverick.
“Eh mau kemana? Marc!” seru Maverick dari kejauhan.
Aku langsung menuju kamarku dan langsung merebahkan diriku di kasur. Aku tak mempedulikan muka Alex yang bersinar-sinar itu.
“Terima kasih, Marc.”
“Buat apa?” tanyaku heran.
“Sudah membiarkanku bersama Ellen.”